Notice: Function _load_textdomain_just_in_time was called incorrectly. Translation loading for the essential-blocks domain was triggered too early. This is usually an indicator for some code in the plugin or theme running too early. Translations should be loaded at the init action or later. Please see Debugging in WordPress for more information. (This message was added in version 6.7.0.) in /home/hmsftuhc/public_html/wp-includes/functions.php on line 6121

Notice: Function _load_textdomain_just_in_time was called incorrectly. Translation loading for the unlimited-elements-for-elementor domain was triggered too early. This is usually an indicator for some code in the plugin or theme running too early. Translations should be loaded at the init action or later. Please see Debugging in WordPress for more information. (This message was added in version 6.7.0.) in /home/hmsftuhc/public_html/wp-includes/functions.php on line 6121
KAJIAN KEAGAMAAN – (KAJIAN MUSLIM #2) – HMS FT-UH
JOB DESC,  KETUA II

KAJIAN KEAGAMAAN – (KAJIAN MUSLIM #2)

“BUILD YOUR KNOWLEDGE ON STRONG FOUNDATION: ADAB FIRST”

Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering kali disibukkan dengan urusan duniawi, baik dalam bentuk pendidikan, pekerjaan, maupun berbagai aktivitas lain yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup di dunia. Namun, dalam kesibukan tersebut kita tidak boleh lupa bahwa ada hal yang jauh lebih penting, yaitu ilmu agama. Ilmu dunia memang memiliki nilai manfaat, tetapi ilmu tersebut tidak serta-merta dapat menolong kita di akhirat. Oleh sebab itu, keseimbangan antara ilmu dunia dan ilmu agama merupakan sesuatu yang harus kita jaga. Ilmu dunia bisa membawa seseorang kepada kesuksesan materi, tetapi ilmu agama yang akan memberikan arah, makna, dan tujuan hidup yang sebenarnya. Tanpa ilmu agama, ilmu dunia bisa menjadi kosong dan bahkan menjerumuskan jika tidak digunakan dengan niat dan cara yang benar.

Sebagai seorang pelajar, terdapat hal yang lebih penting daripada sekadar menambah pengetahuan, yaitu memperbaiki adab. Para ulama terdahulu telah mencontohkan kepada kita bahwa adab harus dipelajari sebelum menuntut ilmu lainnya. Hal ini menegaskan bahwa adab merupakan fondasi utama dalam proses menuntut ilmu. Ilmu tanpa adab dapat menyebabkan kesombongan, hilangnya keberkahan, dan bahkan menjerumuskan seseorang kepada kesesatan. Sebaliknya, dengan adab yang baik, ilmu yang sedikit sekalipun dapat menjadi bermanfaat bagi diri sendiri maupun orang lain. Oleh karena itu, kita tidak boleh melupakan pentingnya memperbaiki sikap, tata krama, dan perilaku, karena semua itu menjadi kunci agar ilmu yang kita peroleh membawa manfaat dan keberkahan.

Dalam analogi ketekniksipilan, ilmu dapat diibaratkan sebagai bangunan, sedangkan adab adalah pondasinya. Sebuah bangunan yang tinggi dan megah tidak akan bertahan lama jika pondasinya rapuh, ia akan mudah runtuh ketika diguncang. Demikian pula ilmu setinggi apa pun akan kehilangan nilainya jika tidak disertai adab. Ketika seseorang memiliki kecerdasan dan pengetahuan luas, tetapi adabnya rendah, maka yang terjadi adalah ilmu tersebut tidak memberikan kebaikan dan bahkan bisa menimbulkan kerusakan. Maka jelaslah bahwa adab merupakan hal yang mendasar, sebab keberkahan ilmu tidak hanya diukur dari seberapa banyak pengetahuan yang kita miliki, tetapi dari sejauh mana ilmu tersebut menuntun kita kepada kebaikan.

Selain itu, kita juga diajarkan untuk tidak merubah sesuatu yang baik menjadi sesuatu yang buruk. Menjaga nilai kebaikan yang telah diajarkan agama menjadi kewajiban kita sebagai seorang muslim. Di antara bentuk menjaga kebaikan tersebut adalah dengan menghormati siapa pun yang menyampaikan ilmu. Jangan pernah merendahkan orang yang mengajarkan ilmu hanya karena status sosialnya lebih rendah dari kita. Justru kita harus menghormati mereka, karena merekalah yang Allah pilih untuk menyampaikan pengetahuan kepada kita. Nilai seseorang bukan terletak pada kedudukan, harta, atau jabatan, tetapi pada ilmunya dan ketakwaannya. Dengan menghormati guru dan orang yang menyampaikan ilmu, kita sedang membuka pintu keberkahan bagi diri kita sendiri.

Rasulullah SAW diutus ke muka bumi untuk menjadi penyempurna akhlak manusia. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya akhlak dalam kehidupan seorang muslim. Rasulullah adalah teladan terbaik dalam segala aspek, termasuk dalam hal memperbaiki adab dan akhlak. Dengan menjadikan beliau sebagai role model, kita akan selalu diarahkan untuk menjadi pribadi yang santun, rendah hati, penuh kasih sayang, dan menjunjung tinggi nilai-nilai kebaikan. Mengikuti akhlak Rasulullah bukan hanya sebuah pilihan, tetapi sebuah kewajiban, karena beliau diutus sebagai rahmat bagi seluruh alam.

Lebih lanjut, dalam beramal terdapat dua syarat utama agar amalan kita diterima, yaitu niat yang benar dan cara yang sesuai dengan ajaran Rasulullah SAW. Niat harus diluruskan hanya karena Allah semata, bukan karena ingin dipuji atau mendapatkan keuntungan duniawi. Setelah itu, cara atau tata pelaksanaan ibadah harus sesuai dengan tuntunan Rasulullah. Apabila salah satu dari kedua syarat ini tidak terpenuhi, maka amal ibadah kita terancam tidak diterima. Sebagai contoh, seseorang yang beramal dengan niat mencari pujian, meskipun amalannya tampak besar, tetap tidak akan bernilai di sisi Allah. Oleh karena itu, meluruskan niat adalah hal yang sangat penting dalam setiap amal yang kita lakukan.

Dalam kehidupan bermasyarakat, kita juga tidak boleh menilai seseorang hanya dari status sosialnya. Ketika kita berkumpul di masjid, semua status sosial yang ada di dunia menjadi sama, yaitu sebagai hamba Allah. Baik kaya maupun miskin, pejabat maupun rakyat, semua berdiri sejajar di hadapan Allah ketika beribadah. Hal ini mengingatkan kita untuk selalu menghargai sesama, tidak sombong, dan tidak merasa lebih mulia daripada orang lain. Sebab, kemuliaan seorang hamba hanya diukur dari ketakwaannya kepada Allah, bukan dari kedudukan atau kekayaan yang dimilikinya.

Tujuan utama penciptaan manusia di dunia ini adalah untuk beribadah kepada Allah. Oleh karena itu, ilmu yang kita peroleh harus membawa kita semakin dekat kepada Allah. Ilmu tidak boleh hanya berhenti pada tataran pengetahuan, tetapi harus diamalkan dalam kehidupan sehari-hari dan disebarkan agar bermanfaat bagi orang lain. Dengan demikian, ilmu yang kita miliki akan bernilai sebagai amal jariyah yang terus mengalirkan pahala. Namun, kita tidak boleh melupakan bahwa urusan dunia tidak boleh menghalangi kita dari melaksanakan ibadah. Shalat, misalnya, tidak boleh ditinggalkan dengan alasan kesibukan dunia. Banyak orang sukses yang tetap menjaga ibadahnya dan justru menjadikan shalat sebagai kekuatan dalam menjalani kehidupan.

Khusus bagi laki-laki, shalat berjamaah di masjid adalah kewajiban yang harus dijaga. Shalat berjamaah bukan hanya bernilai lebih besar dari shalat sendirian, tetapi juga menjadi sarana mempererat ukhuwah islamiyah di antara kaum muslimin. Jika kita merasa berat untuk melaksanakan amalan besar, maka mulailah dari amalan kecil. Amalan kecil yang dilakukan secara konsisten akan bernilai besar di sisi Allah. Istiqamah dalam amal, meskipun kecil, lebih dicintai Allah daripada amal besar yang dilakukan sesekali. Hal ini memberikan motivasi agar kita tidak menunda kebaikan, tetapi segera memulai dari hal sederhana.

Sebagai manusia, kita tidak luput dari kesalahan dan dosa. Oleh sebab itu, kita harus senantiasa memohon ampunan kepada Allah. Tidak ada manusia yang sempurna, sehingga sikap terbaik yang harus kita lakukan adalah banyak beristighfar, memperbaiki diri, dan bermuhasabah. Muhasabah diri menjadi penting agar kita tidak terjebak dalam kesombongan dan merasa lebih baik daripada orang lain. Kesadaran bahwa kita hanyalah hamba yang penuh kekurangan akan menjadikan kita rendah hati, tawadhu, dan selalu berusaha untuk meningkatkan kualitas diri di hadapan Allah.

Dengan demikian, inti dari kajian ini menekankan pentingnya menjaga keseimbangan antara ilmu dunia dan ilmu agama, memperbaiki adab sebagai fondasi ilmu, menghormati penyampai ilmu, meneladani akhlak Rasulullah, meluruskan niat dan tata cara dalam beramal, menjaga ibadah di tengah kesibukan dunia, serta senantiasa bermuhasabah dan memohon ampunan kepada Allah. Semua itu akan mengantarkan kita kepada keberkahan ilmu, amal yang diterima, serta kedekatan yang lebih erat dengan Allah SWT.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *