KAJIAN KEAGAMAAN – (KAJIAN MUSLIMAH #4)
Kajian “Stop Baper: Seni dalam Mengelola Emosi” menjelaskan bahwa kemampuan mengelola perasaan bukan hanya soal menahan emosi, tetapi juga menjaga apa saja yang kita izinkan masuk ke dalam diri. Pemateri menekankan bahwa mata, telinga, dan hati adalah pintu masuk utama yang sangat menentukan kondisi batin seseorang. Apa yang kita lihat setiap hari—baik melalui media sosial, tontonan, maupun lingkungan—dapat memengaruhi pola pikir dan suasana hati. Karena itu, kita perlu selektif memilih hal-hal yang menenangkan, mendidik, dan memberi energi positif. Hal yang sama juga berlaku untuk telinga; ucapan orang lain, musik, dan percakapan sehari-hari dapat memperbaiki suasana hati atau justru memicu perasaan sensitif dan mudah tersinggung (baper). Hati kemudian menjadi tempat berkumpulnya semua informasi tersebut, sehingga hati yang tidak dijaga akan mudah dipenuhi emosi negatif.
Pemateri juga membahas tentang cara mengatur emosi saat marah. Ketika marah, kita biasanya cenderung bereaksi spontan, sehingga perlu memberi diri jeda untuk menenangkan pikiran sebelum berbicara atau mengambil tindakan. Langkah sederhana seperti menarik napas dalam, berdiam diri sebentar, atau menjauh sementara dari situasi yang memancing emosi dapat membantu meredakan kemarahan. Dengan cara ini, kita bisa berpikir lebih jernih dan menghindari keputusan atau ucapan yang nantinya disesali. Intinya, seni dalam mengelola emosi berawal dari kebiasaan menjaga apa yang masuk ke dalam diri dan kemampuan mengontrol reaksi saat menghadapi situasi yang memicu perasaan. Dengan melatih keduanya, seseorang akan menjadi lebih tenang, lebih bijak, dan lebih kuat secara emosional.